Pesan Rahasia Ihram dan Jumrah: Bertempur Melawan Iblis dengan Senjata Keikhlasan


Insan sejati, kali ini kita akan membahas motivasi di dalam Ihram dan Jumrah. Keduanya memiliki pesan rahasia yakni Ihram merupakan landasan kesucian dan Jumrah merupakan refleksi perlawanan. Jadi, ada 2 topik yang akan kita bicarakan yaitu mengenai motivasi di dalam Ihram dan motivasi di dalam Jumrah. Dengan satu harapan, kita akan mendapatkan pencerahan, enlightment. Tidak saja untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk keluarga kita, bisnis kita, dan masyarakat kita, bahkan juga bangsa kita. Kita juga ingin mencapai keberhasilan dalam hidup kita yang hari ini lebih baik dibandingkan kemarin, today is better than yesterday. Dan tentu saja hari esok lebih baik dibandingkan hari ini, insya Allah, tomorrow will be better than today.
Insan sejati, kalau kita bicara ihram, yang tergambar di dalam pikiran kita adalah seorang yang berpakaian serba putih tanpa jahitan. Begitulah aturan dalam ibadah haji. Ketika orang memakai pakaian ihram, dia harus memakai pakaian serba putih tanpa jahitan. Di dalam pesan ihram paling tidak terdapat 3 hal yang terselip di dalamnya yang disebut dengan istilah 3S, dan kita akan coba membahas ini secara mendalam satu per satu. S yang pertama adalah Sincerity, yang berarti ketulusan. Kemudian S yang kedua adalah Similiarity, kesamaan dan S yang ketiga adalah Simplicity, kesederhanaan.
Mari kita bahas satu per satu! Ihram identik dengan Sincerity, landasan kesucian. Kenapa? Karena pakaian ihram itu warnanya putih. Putih itu menggambarkan sebuah filsafat kesucian, kebersihan, clean, clear, bright. Ada sebuah buku yang berjudul The Power of Colour, kekuatan warna. Mungkin selama ini kita mengenakan pakaian atau memakai baju tidak pernah memperhatikan atau tidak pernah mempedulikan apa maksud warna baju yang kita pakai. Padahal, sebenarnya tiap warna yang kita gunakan dalam baju kita mempunyai satu makna yang sangat mendalam.
Ambil satu contoh, kita menggunakan warna hitam. Dikatakan dalam buku tersebut, ketika kita menggunakan warna hitam ada 2 hal yang akan terjadi. Pertama adalah warna hitam akan menyerap kekuatan lawan dan yang kedua adalah memberikan satu karisma kewibawaan kepada kita karena kita memancarkan sebuah kekuatan. Pada saat yang bersamaan kita menyerap kekuatan dari pasangan kita dalam berbicara kemudian yang kedua pada saat yang lain kita mengirimkan atau memancarkan satu kekuatan sehingga ada kesan karisma, ada kesan wibawa ketika kita menggunakan warna hitam.
Lain lagi ketika kita menggunakan warna merah. It's about passion, menggambarkan sebuah gairah, menggambarkan sebuah ambisi yang menyala-nyala seperti sebuah api. Warna merah menggambarkan satu semangat yang menyala-nyala, menggambarkan satu optimisme, menggambarkan satu desire, hasrat yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu. Ada dorongan secara mental ke dalam diri bila kita menggunakan pakaian merah kita bersemangat untuk melakukan sesuatu.
Beda lagi bila memakai warna biru. Biru menggambarkan sebuah kedalaman. Kalau kita melihat laut, ada kesan bahwa warna biru menggambarkan satu depth, kedalaman. Ketika orang memakai warna biru, dia ingin menunjukkan kepada orang yang melihatnya, "Saya mempunyai satu kedalam ilmu, saya mempunyai kedalaman wawasan."
Dan kini kita akan berbicara warna putih. Warna putih menggambarkan filsafat tentang kesucian, kebersihan, dan kejelasan (bright, celan, and sincerity).
Insan sejati, bicara sincerity, dalam bahasa agama adalah ikhlas. Apa sebenarnya satu kalimat singkat yang dapat menjelaskan tentang ikhlas ini? Banyak sekali definisi yang dibuat para ahli sebelumnya, paling tidak kita bisa membuat satu kesepakatan apa yang disebut dengan sincerity. Saya menggambarkan dengan sebuah kalimat, sincerity adalah give more get even more. Yang disebut dengan ketulusan adalah berikan lebih, get even more, kita akan mendapatkan yang lebih banyak lagi. Pada saat memberikan sesuatu pada orang lain tidak pernah mengharapkan satu balasan. Walaupun begitu, insya Allah, Allah akan memberikan satu balasan yang lebih dari apa yang kita berikan ketika kita tidak pernah memikirkan imbalan (reward) dari apa yang telah kita berikan. Persis seperti yang dikatakan Allah SWT di dalam salah satu ayat-Nya, surah al-Mudatstsir ayat 6.
Diawali dengan,
"Wahai orang yang berkemul (berselimut) !"

Kemudian di ayat ke-6 Allah katakan,
"Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak."

Berikan, do it and forget it, kerjakan dan kita lupakan. Berikan sesuatu kepada orang lain dan setelah itu kita lupakan bahwa kita pernah memberikan sesuatu kepada dia. Insya Allah, malaikat dan Tuhan tidak akan pernah alpa melihat perbuatan kita. Malaikat akan melihat perbuatan kita, walaupun tidak semua orang mengetahui.
Insan sejati, bisa jadi ada seorang manusia ikhlas di dalam berbuat dan tulus dalam melakukan perbuatan baik, tapi tidak pernah dikenal orang, tidak popular di kalangan masyarakat, bahkan di dunia ini dia tidak pernah dikenal. Namun, dia sangat popular di langit, dia banyak dibicarakan para malaikat.
Tetapi sebaliknya, ketika ada orang yang tidak ikhlas berbuat baik di dunia ini, dia akan mendapatkan satu popularitas di dunia tetapi dia tidak popular di langit. Malaikat tidak pernah membicarakan orang itu. Mana yang akan kita pilih? Kita ingin menjadi orang popular di dunia atau di langit. Tentu saja kita inginkan dua-duanya, tetapi tetap dalam koridor kita sincerity, ketulusan.
Insan sejati, ada 3 ciri-ciri yang memberikan gambaran kepada kita tentang orang-orang yang tulus. Pertama, selalu mempunyai ciri opportunity oriented not threat oriented. Dia tidak berorientasi pada ancaman, dia tidak pernah melihat satu ancaman dalam hidupnya, tapi dia selalu melihat peluang di dalam kehidupan. Persis seperti firman Allah SWT dalam salah satu ayat-Nya, surah Ali Imran ayat 191,
"Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."

Seorang yang ulil albab, seorang yang cerdas, berpikir dan berdzikir, dia senantiasa melihat dunia ini dari segi peluang bukan dari segi ancaman. Ketika dia memberikan sesuatu kepada orang lain, dia tidak menganggap ini sebagai satu ancaman yang akan mengurangi kepemilikan dia terhadap suatu barang, tetapi peluang dia untuk memberi kepada orang lain. Itu yang pertama.
Kedua, dia berpikir longterm bukan berpikir short term. Berpikir jangka panjang, bukan jangka pendek. Umumnya ketika seorang melakukan sesuatu dengan tujuan jangka pendek maka sincerity-nya atau ketulusannya akan terganggu. Dia menjadi comission oriented, tapi mission oriented. Bedanya hanya 2 huruf, C dan O.
Orang yang mission oriented kalau berhasil dia bersyukur dan kalau gagal dia bersabar. Tapi kalau commission oriented, jika mendapat profit dia takabur, menjadi sombong. Namun bila tidak mendapat profit, kecewa dan frustasi, bahkan bunuh diri. Ini perbedaan orang yang sincere dan orang yang tidak sincere. Longterm thinking not short term thinking, berpikir jangka panjang bukan berpikir jangka pendek. Biasanya orang yang berpikir jangka pendek keikhlasannya akan terganggu. Dia ingin mendapatkan instant profit, keuntungan yang dekat, keuntungan yang langsung diperoleh pada saat itu juga.
Ciri ketiga dari orang yang sincere ini adalah purpose right. Bagaimana orang bisa memberikan sesuatu kepada orang lain sementara dia masih membutuhkan barang itu? Nah, di sinilah dibutuhkan satu sikap purpose right not property right.
Banyak di antara kita berpikir bahwa barang yang kita punya, meja, kendaraan, dan rumah adalah property right. It's my property, itu adalah hak milik saya. Padahal, apa yang kita klaim sebagai hak milik itu sebenarnya bukan milik kita. Itu adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Kita hanya mempunyai apa yang saya sebut dengan purpose right, hak guna atau hak pakai saja. Kalaupun kita mempunyai rumah ataupun mempunyai mobil, ketahuilah bahwa mobil itu bukan milik kita. Ini adalah milik Tuhan yang dititipkan kepada kita. Kita hanya dibenarkan untuk memakai dan menggunakan mobil itu sesuai dengan kemauan pemilik yang sesungguhnya, yaitu Allah SWT. Itulah sebabnya kenapa ketika kita mendapatkan satu musibah, barang-barang yang kita miliki tiba-tiba hilang dari kehidupan kita, kita disunnahkan untuk membaca,

"sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali." (al-Baqarah: 156)

Inilah satu gambaran atau satu indikasi bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang kita klaim itu merupakan milik kita. Tidak ada. Semua adalah milik Allah. Kita diberikan hak titip saja, hak guna saja, hak pakai saja. Kalau seseorang menyadari bahwa barang yang dipakai ini bukan miliknya, ini adalah titipan, suatu barang yang digunakan, hanya pakai saja, bukan miliknya, dia akan mudah untuk mempunyai satu proses sincerity. Itulah sebabnya kenapa ibadah haji dan ihram itu menggunakan warna putih, mengingatkan pada kita betapa pentingnya sebuah kesucian. (dikutip dari buku "The Wisdom of Hajj: Haji dan Umrah")